3 days in paradise... Begitulah yang bisa saya gambarkan saat berada di Maratua, Kalimantan timur. Alam dan bawah laut pulau ini membuat saya lemas tak berdaya. Beruntungnya saya bisa diberikan kesempatan merasakan keindahan yang luar biasa.Perjalanan ini dimulai dari Jakarta-Balikpapan, Balikpapan-Berau dan lanjut Berau-Maratua. Memang cukup panjang perjalanan menuju kesana. Tapi itu semua terbayarkan oleh panorama yang menyegarkan mata dan perasaan. Sejujurnya3 hari tidaklah cukup untuk menikmati pesona dari pulau ini.
Maratua adalah salah satu gugusan pulau cantik terluar indonesia yang berada di Laut Sulawesi dan berbatasan dengan negara Malaysia. Perjalanan menggunakan speedboat dari Berau menuju pulau ini memakan waktu hingga 4 jam, melewati kawasan sungai dan hutan mangrove di sepanjang jalannya. Perjalanan saya sore itu juga disambut dengan pelangi yang menghiasi langit serta dibalik rimbunnya hutan mangrove. Haripun sudah gelap saat saya tiba di Maratua Paradise Resort , tempat kami menginap. Resort yang disebut Water Villa dengan bentuk rumah panggung dan memiliki beberapa kamar yang letaknya berada diatas air. Lagi-lagi saya merasa beruntung, mendapatkan kamar dengan posisi yang tepat, berada di tengah-tengah tanpa terhalang dengan kamar yang lain. Juga bisa menikmati indahnya bintang dimalam hari dari balkon kamar dan menuju satu titik pandangan menatap lurus pada saat matahari terbenam.
Menjelang pagi hari saya terbangun dan meloncat cepat dari tempat tidur lalu bergegas menuju balkon untuk melihat kondisi pulau ini pada pagi hari. WOW! Ternyata pemandangannya jauh lebih indah dari yang saya bayangkan sebelumnya. Langit biru yang cerah diisi dengan matahari yang mulai menampakan wujudnya, laut hijau tosca dan diiring suara gelombang air yang membuat saya mengambil nafas panjang, menutup mata dan mencoba menikmati nya sambil berucap “GOD, IS THIS HEAVEN?.......”
Selain keindahan alamnya, pulau ini juga sangat terkenal dengan dunia bawah lautnya. Keindahan dari tempat ini membuatnya menjadi salah satu dive sites yang paling ingin dikunjungi para penyelam. Hari pertama saya dan teman-teman diving di Maratua Reef. Tanpa berlama-lama kami pun segera turun kebawah. Di spot ini saya banyak melihat Bumphead fish, seperti namanya Bumphead merupakan ikan yang selalu membenturkan kepalanya ke karang untuk mencari makan dan juga kepalanya berfungsi sebagai pertahanan diri. Karang-karangnyapun berwarna-warni seperti sedang menyelam di taman bunga :D.
our beloved photographer @capburungwalet |
everytime i see the comfy bed, i always want to jump on it :p |
Dive kedua pada siang hari kami memilih untuk pindah spot. Namun beberapa teman lainnya memilih spot yang sama seperti sebelumnya. Fusilier Point lah yang menjadi pilihan kami di dive kedua ini. Pada saat briefing, Dive Master mewanti-wanti kami bahwa arus di point ini sangat kencang. Jadilah saya menggunakan sarung tangan untuk berjaga-jaga jikalau harus berpegangan dan bertahan dikarang. Warna-warna karang memang cantik tapi tidak sembarang bisa pegangan di karang ini karena beberapa jenis karang ada yang beracun, menimbulkan luka dan gatal-gatal yang cukup lama penyembuhannya. Ternyata arus di point ini masih bisa ditaklukan, tidak sekuat yang sebelumnya Dive Master kami katakan. Baru saja turun di kedalaman 28 meter kami sudah disambut oleh Pari Blue Spotted yang ukurannya cukup besar sekitar 1,5 meter. Pari ini pun jadi pemandangaan kami sejenak sampai pada saat dia berenang kencang kearah saya yang posisi saya tepat di depannya. Ini akibat cahaya (flash) kamera pada saat teman saya mengabadikan gambarnya. Mungkin pari itu shocked, tapi sesungguhnya saya jauh lebih shocked sampai berteriak-teriak kalang kabut karena seperti ingin diserang makhluk laut yang ukuraannya cukup besar ini. Cerita ini jadi cerita lucu pada saat mereview penyelaman kami dan ditertawakan oleh teman-teman saya. Hahaha...
Berakhirnya hari di Maratua, diujung dermaga saya menikmati indahnya matahari yang mulai tenggelam, angin yang meniup halus perasaan ini, beer dingin yang memanjakan tenggorokan dan juga lagu-lagu dari Lisa Ekhdal bernuansa Jazz merupakan penutup hari yang sempurna. Sayapun siap menyambut hari esok.
Pagi yang cerah dihari kedua membuat semangat untuk melakukan aktifitas di pulau ini. Seusai sarapan kami bersiap-siap melakukan penyelaman lagi. Spot yang ditawarkan pagi ini adalah Turtle Traffic. Sesuai dengan namanya disini bisa melihat banyaknya penyu yang berseliweran diantara kami. Dari yang sangat besar sampai yang kecil. Arus yang sangat ringan membuat santai dipenyelaman terakhir. Puas sekali melihat penyu dengan beragam aktifitas yang mereka lakukan. Berbaring di karang, berenang diatas kepala saya dan dilatar belakangi matahari yang menembus dan memunculkan bentuk siluet indah dari penyu tersebut, cukup memanjakan mata. Jenis penyu di spot ini adalah penyu hijau dan hawksbill turtle. Dari mulai 5 meterpun kita sudah bisa melihat mereka dengan jelas sampai dikedalaman 20 meter. Selain penyu sebenarnya ada beberapa jenis makhluk hidup yang bisa kita temui seperti, Moray Eel, Nudi Branches, Mantis Shrimp dan juga lobster. Tapi tetap, Raja di spot ini adalah penyu dengan otomatis mata saya hanya berpusat pada makhluk laut penjelajah ini. Hari kedua memang tidak terlalu banyak aktifitas, hanya diving satu kali di pagi hari, istirahat dan melakukan photo session di sekitaran pulau pada sore hari.