Pagi itu adalah pagi terakhir kami di pulau
Maratua. Ini menandakan berakhir sudah perjalanan kami di pulau cantik ini.
Kamipun bersiap-siap membereskan barang-barang bawaan. Beraat sekali
meninggalkan tempat ini. Banyak memori indah yang saya rasakan dengan
teman-teman saya.
Sebelum akhirnya meninggalkan Maratua saya dan
teman-teman menyempatkan diri mengunjungi danau yang hanya ada dua di dunia.
Kenapa hanya ada dua? Dikarenakan danau-danau ini memiliki ubur-ubur
yang telah berevolusi. Mereka berevolusi akibat air laut yang terperangkap
di
Pulau Kakaban, ditambah dengan air dari dalam
tanah dan air hujan sejak 2 juta tahun lalu. Makanya dinamakan Pulau Kakaban
dalam bahasa daerah yang artinya memeluk, Pulau yang memeluk danau.
Danau Kakaban merupakan danau prasejarah yaitu zaman peralihan Holosin. Luasnya
sekitar 5 km², berdinding karang terjal setinggi 50 meter, yang mengakibatkan
air laut yang terperangkap tidak lagi bisa keluar, menjadi danau. Karena
perubahan dan evolusi yang cukup lama oleh air hujan dan air tanah, air danau
ini kemudian menjadi lebih tawar dibandingkan laut yang ada di sekitarnya.
Perubahan ini berdampak juga pada adaptasi fauna laut yang ada di dalam danau
itu. Tempat ini hanya bisa dijumpai di Danau ubur-ubur Palau, Kepulauan
Micronesia di kawasan Tenggara Laut Pasifik dan satu lagi di Indonesia, yaitu
Pulau Kakaban Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.
Jaraknya dari Maratua pun tidak jauh. Kami
menggunakan speedboat menuju Pulau ini. Sesampainya disana speedboat kami
berlabuh di dermaga panjang pulau Kakaban. Kami harus berrjalan menaiki dan
menuruni anak-anak tangga terlebih dahulu sehingga akhirnya kami menemukan
danau yang letaknya berada di tengah-tengah pulau. Tidak sabar untuk merasakan
sensasi berenang bersama ubur-ubur saya dan teman-teman berganti pakaian dan
langsung menyeburkan diri. Huaahh! Karena ubur-ubur memiliki tekstur yang
kenyal seperti jelly jadi berasa berenang di kolam cendol. Seperti yang sudah
saya katakan, ubur-ubur ini telah berevolusi dan tidak memiliki sengatan jadi bebas
sekali mau berenang sambil menyentuh fauna laut unik ini.
Jika diperhatikan ubur-ubur disini berenang tak
lazim seperti ubur-ubur pada umumnya. Mereka berenang terbalik seperti kaki di
atas dan kepala di bawah.
Nah itu dikarenakan karena terbatasnya makanan,
akhirnya mereka beradaptasi dengan melakukan simbiose mutualistis dengan algae.
Algae adalah penghasil makanan dan harus memasak makanan dengan bantuan sinar
matahari. Cerita simbiosis ini sangat menarik. Ubur-ubur Pulau Kakaban
menempatkan algae pada bagian kakinya, karena ganggang berkepentingan untuk
mendapatkan matahari sebagai sarana melakukan fotosistesa, sang ubur-ubur
akhirnya berenang terbalik. Cara berjalan yang unik inilah yang menarik para
ilmuwan dan penyelam untuk mengetahui evolusi terhadap fauna laut yang akhirnya
berperilaku aneh demi mempertahankan hidup mereka. Catatan para penyelam juga
memberikan gambaran, hewan-hewan yang ada di danau ini mempunyai cahaya lebih
berwarna warni ketika hari semakin gelap. Diduga, pada danau ini banyak akan
dijumpai jenis-jenis baru.
Ubur-ubur ini memang sama kali tidak menyengat.
Namun mereka menyengat hati saya untuk membuat saya kembali ke Pulau ini suat
hari nanti... Puas dan bangga meninggaalkan jejak di danau ini. Berfoto-foto
dengan ribuan macam pose yang saya keluarkan :p hihihi... thankyou Kakaban