Minggu, 28 April 2013

They sting my heart in Kakaban....




Pagi itu adalah pagi terakhir kami di pulau Maratua. Ini menandakan berakhir sudah perjalanan kami di pulau cantik ini. Kamipun bersiap-siap membereskan barang-barang bawaan. Beraat sekali meninggalkan tempat ini. Banyak memori indah yang saya rasakan dengan teman-teman saya.
Sebelum akhirnya meninggalkan Maratua saya dan teman-teman menyempatkan diri mengunjungi danau yang hanya ada dua di dunia. Kenapa hanya ada dua?  Dikarenakan danau-danau ini memiliki ubur-ubur yang telah berevolusi. Mereka berevolusi akibat air laut yang terperangkap di 





Pulau Kakaban, ditambah dengan air dari dalam tanah dan air hujan sejak 2 juta tahun lalu. Makanya dinamakan Pulau Kakaban dalam bahasa daerah yang artinya memeluk, Pulau yang memeluk danau. Danau Kakaban merupakan danau prasejarah yaitu zaman peralihan Holosin. Luasnya sekitar 5 km², berdinding karang terjal setinggi 50 meter, yang mengakibatkan air laut yang terperangkap tidak lagi bisa keluar, menjadi danau. Karena perubahan dan evolusi yang cukup lama oleh air hujan dan air tanah, air danau ini kemudian menjadi lebih tawar dibandingkan laut yang ada di sekitarnya. Perubahan ini berdampak juga pada adaptasi fauna laut yang ada di dalam danau itu.  Tempat ini hanya bisa dijumpai di Danau ubur-ubur Palau,  Kepulauan Micronesia di kawasan Tenggara Laut Pasifik dan satu lagi di Indonesia, yaitu Pulau Kakaban Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.



 Jaraknya dari Maratua pun tidak jauh. Kami menggunakan speedboat menuju Pulau ini. Sesampainya disana speedboat kami berlabuh di dermaga panjang pulau Kakaban. Kami harus berrjalan menaiki dan menuruni anak-anak tangga terlebih dahulu sehingga akhirnya kami menemukan danau yang letaknya berada di tengah-tengah pulau. Tidak sabar untuk merasakan sensasi berenang bersama ubur-ubur saya dan teman-teman berganti pakaian dan langsung menyeburkan diri. Huaahh! Karena ubur-ubur memiliki tekstur yang kenyal seperti jelly jadi berasa berenang di kolam cendol. Seperti yang sudah saya katakan, ubur-ubur ini telah berevolusi dan tidak memiliki sengatan jadi bebas sekali mau berenang sambil menyentuh fauna laut unik ini.
Jika diperhatikan ubur-ubur disini berenang tak lazim seperti ubur-ubur pada umumnya. Mereka berenang terbalik seperti kaki di atas dan kepala di bawah. 
Nah itu dikarenakan karena terbatasnya makanan, akhirnya mereka beradaptasi dengan melakukan simbiose mutualistis dengan algae. Algae adalah penghasil makanan dan harus memasak makanan dengan bantuan sinar matahari. Cerita simbiosis ini sangat menarik. Ubur-ubur Pulau Kakaban menempatkan algae pada bagian kakinya, karena ganggang berkepentingan untuk mendapatkan matahari sebagai sarana melakukan fotosistesa, sang ubur-ubur akhirnya berenang terbalik. Cara berjalan yang unik inilah yang menarik para ilmuwan dan penyelam untuk mengetahui evolusi terhadap fauna laut yang akhirnya berperilaku aneh demi mempertahankan hidup mereka. Catatan para penyelam juga memberikan gambaran, hewan-hewan yang ada di danau ini mempunyai cahaya lebih berwarna warni ketika hari semakin gelap. Diduga, pada danau ini banyak akan dijumpai jenis-jenis baru.




Ubur-ubur ini memang sama kali tidak menyengat. Namun mereka menyengat hati saya untuk membuat saya kembali ke Pulau ini suat hari nanti... Puas dan bangga meninggaalkan jejak di danau ini. Berfoto-foto dengan ribuan macam pose yang saya keluarkan :p hihihi... thankyou Kakaban



@pinneng as Underwater photographer

1 komentar: